Jakarta - PT PLN (persero) berencana memberikan sambungan listrik bagi sejuta pelanggan di Indonesia Timur tahun ini. Rencana ini sudah berjalan 50% dari seluruh rasio elektrifikasi Indonesia Timur.
Demikian disampaikan oleh Direktur Operasi Indonesia Timur PLN, Vicker Sinaga ketika ditemui di Kampung Sumber Alam, Garut, Jawa Barat (19/3/2011).
"Untuk rasio elektrifikasi di sana, sebenarnya overall sudah 50%. Tapi, kalau dibagi per propinsi, masih ada yang 30%. Berarti masih ada sisa yang harus disambung listrik. Tahun ini harus bisa disambung, tahun ini harus satu juta pelanggan," katanya.
Vicker menjelaskan, seharusnya tidak ada propinsi yang baru 30% rasio elektrifikasinya. "Padahal tidak boleh yang masih ada dibawah (50%). Jadi seperti NTB, misalnya, itu dari 380 ribu orang baru 31% yang tersambung. Sisanya harus bisa tersambung," ucap Vicker.
"Di Indonesia Timur, ada tambah pelanggan berarti bertambah beban hingga 440 watt. Jadi dibutuhkan 440 MW untuk bisa menyambungi satu juta pelanggan," ungkapnya.
Vicker mengatakan, untuk mencari kapasitas sebanyak 440 MW, akan ada beberapa pembangkit yang menambah pasokan daya di Indonesia timur walaupun terbilang kapasitasnya tidak besar.
"Semoga yang di Kendari pembangkitnya segera singkron. Begitu juga di Amurang, walaupun hanya 10 MW. Nanti juga ada tambahan 60 MW di bulan Juli. Ada yang di NTT (Ende), Asam-Asam, dan ada beberapa pembangkit lain. Itu masih kurang sekitar 300 MW, nah nanti sisanya kita mengais excess power yang ada," tutur Vicker.
Dirinya menjelaskan, bahwa excess power yang dimaksud adalah dengan membeli listrik dari beberapa pabrik yang berhenti operasi. Oleh pihak PLN diusahakan agar beroperasi kembali karena pabrik-pabrik tersebut memiliki pembangkit.
"Dulu kan ada pabrik kayu di beberapa wilayah, sekarang kan kayu habis, dia berhenti. Kita suruh nyalakan lagi pembangkitnya, bakarnya pakai batu bara. Listriknya kita beli Rp 850 per kWh. Untuk masalah harga baik kok, karena kecil," jelasnya.
"Di Samarinda ada, dua unit 20 MW. Kalimantan Selatan 13 MW, sekarang sedang kira cari lagi di Sorong akhir bulan ini 9 MW. Lalu ada yang menyusul di Balikpapan 6 MW," tambah Vicker.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut sangat berguna dan dapat meningkatkan cadangan kapasitas listrik. "Tentu kalau bisa kita tingkatkan cadangan dan pelanggan. Tapi kita kan harus ada target. Kalau bisa semua propinsi rasio elektrifikasinya 60% di setiap propinsi wilayah Indonesia Timur," ungkap Vicker.
Link: www.detikfinance.com
Demikian disampaikan oleh Direktur Operasi Indonesia Timur PLN, Vicker Sinaga ketika ditemui di Kampung Sumber Alam, Garut, Jawa Barat (19/3/2011).
"Untuk rasio elektrifikasi di sana, sebenarnya overall sudah 50%. Tapi, kalau dibagi per propinsi, masih ada yang 30%. Berarti masih ada sisa yang harus disambung listrik. Tahun ini harus bisa disambung, tahun ini harus satu juta pelanggan," katanya.
Vicker menjelaskan, seharusnya tidak ada propinsi yang baru 30% rasio elektrifikasinya. "Padahal tidak boleh yang masih ada dibawah (50%). Jadi seperti NTB, misalnya, itu dari 380 ribu orang baru 31% yang tersambung. Sisanya harus bisa tersambung," ucap Vicker.
"Di Indonesia Timur, ada tambah pelanggan berarti bertambah beban hingga 440 watt. Jadi dibutuhkan 440 MW untuk bisa menyambungi satu juta pelanggan," ungkapnya.
Vicker mengatakan, untuk mencari kapasitas sebanyak 440 MW, akan ada beberapa pembangkit yang menambah pasokan daya di Indonesia timur walaupun terbilang kapasitasnya tidak besar.
"Semoga yang di Kendari pembangkitnya segera singkron. Begitu juga di Amurang, walaupun hanya 10 MW. Nanti juga ada tambahan 60 MW di bulan Juli. Ada yang di NTT (Ende), Asam-Asam, dan ada beberapa pembangkit lain. Itu masih kurang sekitar 300 MW, nah nanti sisanya kita mengais excess power yang ada," tutur Vicker.
Dirinya menjelaskan, bahwa excess power yang dimaksud adalah dengan membeli listrik dari beberapa pabrik yang berhenti operasi. Oleh pihak PLN diusahakan agar beroperasi kembali karena pabrik-pabrik tersebut memiliki pembangkit.
"Dulu kan ada pabrik kayu di beberapa wilayah, sekarang kan kayu habis, dia berhenti. Kita suruh nyalakan lagi pembangkitnya, bakarnya pakai batu bara. Listriknya kita beli Rp 850 per kWh. Untuk masalah harga baik kok, karena kecil," jelasnya.
"Di Samarinda ada, dua unit 20 MW. Kalimantan Selatan 13 MW, sekarang sedang kira cari lagi di Sorong akhir bulan ini 9 MW. Lalu ada yang menyusul di Balikpapan 6 MW," tambah Vicker.
Dia mengatakan bahwa hal tersebut sangat berguna dan dapat meningkatkan cadangan kapasitas listrik. "Tentu kalau bisa kita tingkatkan cadangan dan pelanggan. Tapi kita kan harus ada target. Kalau bisa semua propinsi rasio elektrifikasinya 60% di setiap propinsi wilayah Indonesia Timur," ungkap Vicker.
Link: www.detikfinance.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar