Sumbawa-- Masyarakat Kabupaten Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat (NTB) hari ini, Selasa (5/4) ini, menyaksikan puncak prosesi Penobatan Sultan Sumbawa ke 17, Sultan Muhammad Kaharuddin IV.
Kegiatan ini berlangsung di kota Sumbawa Besar mulai pukul 08.00 Wita dan bakal menyedot banyak perhatian masyarakat karena merupakan penobatan pertama semenjak Kesultanan Sumbawa bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Penobatan ini dilakukan seorisiinal mungkin sebagaimana penobatan Sultan pada masa lampau," kata ketua panitia, Mahmud Abdullah (Sekda Sumbawa), Haji Daeng Moh Abdurrahman Kaharuddin yang sehari-hari akrab dengan sebutan Daeng Ewan, sebelumnya telah dikukuhkan sebagai Sultan di istana Dalam Loka kota Sumbawa Besar pada Senin (10/1) lalu berdasarkan hasil Musakara Rea Lembaga Adat Tana Samawa (LATS).
Menurut Sultan, sebenarnya secara adat dirinya diangkat sejak wafatnya Sultan Kaharuddin III pada 1975 lalu, namun baru sekarang dapat terwujud.
Prosesi ini berlangsung sejak Minggu 3 s/d 5 April ini disesuaikan dengan tanggal kelahiran Sultan Kaharuddin IV yakni 5 April 1941 lalu dengan gelar Mohammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa putra Sultan Mauhammad Kaharuddin III yang dinobatkan sebagai Putra Mahkota.
Sejumlah tokoh nasional dijadwalkan hadir pada acara tersebut di antaranya Sri Sultan Hameng Kubuwono X bersama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas anggota DPD, Selain itu juga diundang seluruh raja-raja yang berada di
wilayah Sunda Kecil (Nusa Tenggara) seperti raja Tidore (Maluku Utara), Niki-Niki (Timur Tengah Selatan), Pemecutan (Tabanan), Solo serta sejumlah keluarga Sultan Goa-Sulawesi Selatan.
Prosesi penobatan Sultan Kaharuddin IV dilakukan tidak dengan cara pengambilan sumpah melainkan Suiltan bersumpah langsung di Masjid Nurul Huda dan itu dinobatkan oleh imam masjid H. Zainal Arifin.
Sebelum penobatan berlangsung Sultan diusung dari kediamannya sekarang Istana Bala Kuning menuju masjid Nurul Huda sejauh sekitar 1Km menggunakan Juli (tandu raja dibuat pada 1932 M).
Di masjid Daeng Ewan akan bersumpah sebagai orang yang ditakdirkan sebagai Sultan, isinya antara lain kalau Sultan tidak adil maka dirinya akan dilaknati Alquran 30 Jus. Setelah penobatan berlangsung Sultan Kaharuddin IV selanjutnya akan melantik pengurus Tana Adat Samawa.
Permaisuri Sultan, Andi Tenri Djadjah Burhanuddin putri dari Andi Burhanauddin (alm) Pensiunan Residen Koordinator Prov. Sulawesi, Karaeng Pangkajene dan ibu Andi Tenri Ampa (almrh) Datu Sengngeng Wajo.
Daeng Ewan banyak menghabiskan waktunya di luar P. Sumbawa, dia meninggalkan Sumbawa pada 1956. Sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya dia menggeluti kariernya di Bank Bumi Daya dengan jabatan terakhir manager sebelum Bank Bumi Daya, pensiun 1998 dan sekarang menjadi Komisaris di PT NTB.
Dengan berlangsungnya pengukuhan dan penobatan diharapkan, Sultan Sumbawa berperan untuk melaksanakan pelestarian dan pengembangan adat Tana Samawa bersama Lembaga Adat Tana Samawa menuju Tau dan dan Tana Samawa yang religius, modern, dan demokratis. (OL-12)
Link: www.mediaindonesia.com
Kegiatan ini berlangsung di kota Sumbawa Besar mulai pukul 08.00 Wita dan bakal menyedot banyak perhatian masyarakat karena merupakan penobatan pertama semenjak Kesultanan Sumbawa bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Penobatan ini dilakukan seorisiinal mungkin sebagaimana penobatan Sultan pada masa lampau," kata ketua panitia, Mahmud Abdullah (Sekda Sumbawa), Haji Daeng Moh Abdurrahman Kaharuddin yang sehari-hari akrab dengan sebutan Daeng Ewan, sebelumnya telah dikukuhkan sebagai Sultan di istana Dalam Loka kota Sumbawa Besar pada Senin (10/1) lalu berdasarkan hasil Musakara Rea Lembaga Adat Tana Samawa (LATS).
Menurut Sultan, sebenarnya secara adat dirinya diangkat sejak wafatnya Sultan Kaharuddin III pada 1975 lalu, namun baru sekarang dapat terwujud.
Prosesi ini berlangsung sejak Minggu 3 s/d 5 April ini disesuaikan dengan tanggal kelahiran Sultan Kaharuddin IV yakni 5 April 1941 lalu dengan gelar Mohammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa putra Sultan Mauhammad Kaharuddin III yang dinobatkan sebagai Putra Mahkota.
Sejumlah tokoh nasional dijadwalkan hadir pada acara tersebut di antaranya Sri Sultan Hameng Kubuwono X bersama Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas anggota DPD, Selain itu juga diundang seluruh raja-raja yang berada di
wilayah Sunda Kecil (Nusa Tenggara) seperti raja Tidore (Maluku Utara), Niki-Niki (Timur Tengah Selatan), Pemecutan (Tabanan), Solo serta sejumlah keluarga Sultan Goa-Sulawesi Selatan.
Prosesi penobatan Sultan Kaharuddin IV dilakukan tidak dengan cara pengambilan sumpah melainkan Suiltan bersumpah langsung di Masjid Nurul Huda dan itu dinobatkan oleh imam masjid H. Zainal Arifin.
Sebelum penobatan berlangsung Sultan diusung dari kediamannya sekarang Istana Bala Kuning menuju masjid Nurul Huda sejauh sekitar 1Km menggunakan Juli (tandu raja dibuat pada 1932 M).
Di masjid Daeng Ewan akan bersumpah sebagai orang yang ditakdirkan sebagai Sultan, isinya antara lain kalau Sultan tidak adil maka dirinya akan dilaknati Alquran 30 Jus. Setelah penobatan berlangsung Sultan Kaharuddin IV selanjutnya akan melantik pengurus Tana Adat Samawa.
Permaisuri Sultan, Andi Tenri Djadjah Burhanuddin putri dari Andi Burhanauddin (alm) Pensiunan Residen Koordinator Prov. Sulawesi, Karaeng Pangkajene dan ibu Andi Tenri Ampa (almrh) Datu Sengngeng Wajo.
Daeng Ewan banyak menghabiskan waktunya di luar P. Sumbawa, dia meninggalkan Sumbawa pada 1956. Sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya dia menggeluti kariernya di Bank Bumi Daya dengan jabatan terakhir manager sebelum Bank Bumi Daya, pensiun 1998 dan sekarang menjadi Komisaris di PT NTB.
Dengan berlangsungnya pengukuhan dan penobatan diharapkan, Sultan Sumbawa berperan untuk melaksanakan pelestarian dan pengembangan adat Tana Samawa bersama Lembaga Adat Tana Samawa menuju Tau dan dan Tana Samawa yang religius, modern, dan demokratis. (OL-12)
Link: www.mediaindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar