Jakarta - Diiringi protes dan pembakaran baju serta atribut oleh kader partai, Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi terpilih sebagai Ketua DPD Partai Demokrat (PD) NTB. Zainul terpilih secara aklamasi dalam Musda yang berlangsung hanya 41 menit, Minggu (3/4/2011) sore.
Sepuluh suara pengurus cabang dan masing-masing satu suara pengurus provinsi dan pengurus pusat, sepakat bulat-bulat memilih Tuan Guru Bajang, sapaan Zainul. Tak ada pemungutan suara, dan tak ada pula pendaftaran calon kandidat.
Terpilihnya Zainul yang tadinya kader Partai Bulan Bintang ini, ditandai pemasangan jaket PD berwarna biru dan penyerahan bendera partai oleh Wakil Ketua Umum DPP Demokrat, Jhonny Allen Marbun, yang setelahnya langsung menutup Musda. Penyerahan disaksikan Anggota Dewan Pembina PD, Ahmad Mubarok.
Saat Zainul terpilih, Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum dan Sekjen DPP PD, Edhie Baskoro Yudhoyono sedang dalam perjalanan menuju Pancor, Lombok Timur, bertemu Ibunda Zainul, Siti Rauhun.
Bertepatan dengan pemasangan jaket dan penyerahan bendera pada Zainul, di luar arena Musda di gerbang Hotel Grand Legi Mataram, kericuhan terjadi. Kader Demokrat yang menentang pemilihan ketua DPD secara aklamasi, protes dengan membakar bendera partai.
Sejumlah peserta Musda yang terdiri dari pengurus cabang bahkan membuka jaket dan melemparkan jaket dengan lambang PD itu ke kobaran api. Kericuhan tak meluas, setelah dilokalisir aparat kepolisian yang berjaga di arena Musda.
Sebagian dari peserta Musda menuding partai telah mengangkangi hak politik yang dimiliki para kader.
‘’Percuma ada Musda kalau begini caranya. Tunjuk saja oleh DPP. Ini partai tidak jelas,’’ujar seorang kader yang kesal.
Usai terpilih, Zainul Majdi yang ketua Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, ormas islam terbesar di NTB mengatakan, sebagai pendatang baru agenda pertama dirinya adalah konsolidasi internal partai.
‘’Kepentingan saya adalah visi di Demokrat itu adalah nasionalis religius. Ini bagi NTB dan Indonesia kedepan akan sangat bagus. Selain itu, saya mengapresiasi politik santun. Itu hal yang paling mendasar,’’ ujarnya terkait mengapa ia meninggalkan PBB dan merapat ke Demokrat.
Kepada Wakil Ketua Umum PBB, Zainul mengatakan telah berpamitan. PBB kata Zainul memahami jika akhirnya ia loncat pagar.
‘’Ruang di PBB itu visinya dakwah. Di sini di Demokrat, juga dakwah mengajak ke kebaikan,’’ katanya.
Zainul dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008. Bersama pasangannya Badrul Munir, ia diusung PBB dan PKS.
Sebelum dilantik sebagai Gubernur, sejak 2004, Zainul yang lulusan program doktoral Universitas Al Azhar, Mesir, adalah Anggota Komisi X DPR RI mewakili PBB dari Daerah Pemilihan NTB.
Menanggapi protes kader partai atas terpilihnya Zainul, Ahmad Mubarok menukas singkat. ‘’Semua aksi dan manuver yang negatif, itu dampaknya sudah jelas pada kemuliaan Partai Demokrat,’’ katanya.
Mubarok enggan merinci, apakah akan ada tindakan tegas pada kader partai yang protes anarkis itu.
Sepuluh suara pengurus cabang dan masing-masing satu suara pengurus provinsi dan pengurus pusat, sepakat bulat-bulat memilih Tuan Guru Bajang, sapaan Zainul. Tak ada pemungutan suara, dan tak ada pula pendaftaran calon kandidat.
Terpilihnya Zainul yang tadinya kader Partai Bulan Bintang ini, ditandai pemasangan jaket PD berwarna biru dan penyerahan bendera partai oleh Wakil Ketua Umum DPP Demokrat, Jhonny Allen Marbun, yang setelahnya langsung menutup Musda. Penyerahan disaksikan Anggota Dewan Pembina PD, Ahmad Mubarok.
Saat Zainul terpilih, Ketua Umum DPP PD Anas Urbaningrum dan Sekjen DPP PD, Edhie Baskoro Yudhoyono sedang dalam perjalanan menuju Pancor, Lombok Timur, bertemu Ibunda Zainul, Siti Rauhun.
Bertepatan dengan pemasangan jaket dan penyerahan bendera pada Zainul, di luar arena Musda di gerbang Hotel Grand Legi Mataram, kericuhan terjadi. Kader Demokrat yang menentang pemilihan ketua DPD secara aklamasi, protes dengan membakar bendera partai.
Sejumlah peserta Musda yang terdiri dari pengurus cabang bahkan membuka jaket dan melemparkan jaket dengan lambang PD itu ke kobaran api. Kericuhan tak meluas, setelah dilokalisir aparat kepolisian yang berjaga di arena Musda.
Sebagian dari peserta Musda menuding partai telah mengangkangi hak politik yang dimiliki para kader.
‘’Percuma ada Musda kalau begini caranya. Tunjuk saja oleh DPP. Ini partai tidak jelas,’’ujar seorang kader yang kesal.
Usai terpilih, Zainul Majdi yang ketua Pengurus Besar Nahdlatul Wathan, ormas islam terbesar di NTB mengatakan, sebagai pendatang baru agenda pertama dirinya adalah konsolidasi internal partai.
‘’Kepentingan saya adalah visi di Demokrat itu adalah nasionalis religius. Ini bagi NTB dan Indonesia kedepan akan sangat bagus. Selain itu, saya mengapresiasi politik santun. Itu hal yang paling mendasar,’’ ujarnya terkait mengapa ia meninggalkan PBB dan merapat ke Demokrat.
Kepada Wakil Ketua Umum PBB, Zainul mengatakan telah berpamitan. PBB kata Zainul memahami jika akhirnya ia loncat pagar.
‘’Ruang di PBB itu visinya dakwah. Di sini di Demokrat, juga dakwah mengajak ke kebaikan,’’ katanya.
Zainul dilantik sebagai Gubernur NTB, 17 September 2008. Bersama pasangannya Badrul Munir, ia diusung PBB dan PKS.
Sebelum dilantik sebagai Gubernur, sejak 2004, Zainul yang lulusan program doktoral Universitas Al Azhar, Mesir, adalah Anggota Komisi X DPR RI mewakili PBB dari Daerah Pemilihan NTB.
Menanggapi protes kader partai atas terpilihnya Zainul, Ahmad Mubarok menukas singkat. ‘’Semua aksi dan manuver yang negatif, itu dampaknya sudah jelas pada kemuliaan Partai Demokrat,’’ katanya.
Mubarok enggan merinci, apakah akan ada tindakan tegas pada kader partai yang protes anarkis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar