Dalam suatu khotbah Jumat di Masjid kampus UIN Alauddin Makassar, khatib yang juga seorang guru besar di UIN kemudian berkhotbah menceritakan pengalamannya sewaktu bertemu Komaruddin Hidayat rector UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sang rector kemudian bertanya tentang dirinya, anda dari mana? Saya dari Makassar jawab sang khatib itu.
Lebih lanjut kemudian sang rector berkata, saya miris melihat kondisi mahasiswa Makassar yang sering tawuran, padahal sumber peradaban dan yang dapat mewujudkan masyarakat madani adalah mahasiswa. Jika pondasi peradaban saja sudah sangat rapuh, bisa dipastikan bangunan peradaban itu mudah ambruk.
Mengapa mahasiswa makassar ketika melakukan aksi demonstrasi sering berakhir rusuh? Tanya sang khatib dengan sedikit mengangguk. Itu karena mahasiswa tidak mampu mengendalikan dirinya. Kata sang khatib dengan tatapan yang sangat serius kepada para audience jumat yang rata-rata adalah mahasiswa.
Karena ketidakmampuan mengendalikan diri banyak mahasiswa terjebak dalam suatu dinamika yang tak kunjung terselesaikan. Belum terselesaikan satu masalah, datang lagi masalah baru sehingga ini berdampak pada gesekan-gesekan yang sering terjadi di perguruan tinggi di Makassar yakni tawuran antar mahasiswa.
Pengendalian diri menjadi sangat penting jika mahasiswa ingin sukses di perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa dunia. Apa susahnya belajar bahasa inggris, apa susahnya memahami materi yang diberikan dosen selama dua jam, apa susahnya hidup dengan penuh kedamaian.
Mengutip kata Prof. Bj. Habibie bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya orang bodoh yang ada adalah orang malas. Malas membaca, menulis, berpikir. Jika saja mahasiswa mampu mengendalikan dirinya dan ingat tujuan awal kuliah maka tawuran mahasiswa tidak akan terjadi dan wujud untuk menjadi mahasiswa dunia yang cerdas dan berperadaban di kampus-kampus Makassar bukanlah hal yang mustahil. Wallahu a’lam..
Lebih lanjut kemudian sang rector berkata, saya miris melihat kondisi mahasiswa Makassar yang sering tawuran, padahal sumber peradaban dan yang dapat mewujudkan masyarakat madani adalah mahasiswa. Jika pondasi peradaban saja sudah sangat rapuh, bisa dipastikan bangunan peradaban itu mudah ambruk.
Mengapa mahasiswa makassar ketika melakukan aksi demonstrasi sering berakhir rusuh? Tanya sang khatib dengan sedikit mengangguk. Itu karena mahasiswa tidak mampu mengendalikan dirinya. Kata sang khatib dengan tatapan yang sangat serius kepada para audience jumat yang rata-rata adalah mahasiswa.
Karena ketidakmampuan mengendalikan diri banyak mahasiswa terjebak dalam suatu dinamika yang tak kunjung terselesaikan. Belum terselesaikan satu masalah, datang lagi masalah baru sehingga ini berdampak pada gesekan-gesekan yang sering terjadi di perguruan tinggi di Makassar yakni tawuran antar mahasiswa.
Pengendalian diri menjadi sangat penting jika mahasiswa ingin sukses di perguruan tinggi dan menjadi mahasiswa dunia. Apa susahnya belajar bahasa inggris, apa susahnya memahami materi yang diberikan dosen selama dua jam, apa susahnya hidup dengan penuh kedamaian.
Mengutip kata Prof. Bj. Habibie bahwa di dunia ini tidak ada yang namanya orang bodoh yang ada adalah orang malas. Malas membaca, menulis, berpikir. Jika saja mahasiswa mampu mengendalikan dirinya dan ingat tujuan awal kuliah maka tawuran mahasiswa tidak akan terjadi dan wujud untuk menjadi mahasiswa dunia yang cerdas dan berperadaban di kampus-kampus Makassar bukanlah hal yang mustahil. Wallahu a’lam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar