JAKARTA. Perebutan saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) kian memanas. Sebab, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat telah menggandeng PT Titan Metals untuk mengakuisisi 7% saham produsen tembaga asal Amerika Serikat jatah tahun 2010 itu.
Tapi, Ketua Komisi II DPRD Sumbawa Barat M. Syahril Amin curiga dengan Titan Metals. Soalnya, perusahaan yang telah menyingkirkan tiga saingannya dalam beauty contest pada 20 Januari 2011 lalu itu, ternyata, baru berdiri 19 November 2010. "Artinya, baru berumur tak lebih dari lima bulan," katanya kepada KONTAN, kemarin (23/3).
Syahril bahkan menduga ada Grup Bakrie di belakang Tintan Metals. Lantaran, satu dari empat pendiri perusahaan ini adalah Eddy Khrisna Patria Sambuaga, anak Theo L. Sambuaga, petinggi Partai Golkar yang dikomandani Aburizal Bakrie.
Tiga pendiri Titan Metals lainnya adalah Sucipto Kodadir dari Pangkal Pinang, Leo Stefanus Tedianto asal Cirebon, dan Willem Nico Roeroe berasal dari Balikpapan.
Melihat umur Titan Metals yang masih muda, Syahril pun menduga perusahaan ini hanya dijadikan alat oleh sekelompok orang untuk menguasai saham NNT. Jadi, "Tidak lebih sebagai broker saham saja. Lalu, saham itu dijaminkan lagi untuk mendapatkan sejumlah dana," ujarnya.
Politisi Partai Persatuan Daerah ini juga menyangsikan kemampuan perusahaan yang berkantor di Jakarta itu untuk memodali pembelian saham NTT. Dalam akta pendiriannya, Titan Metals hanya bermodalkan Rp 2 miliar, tapi ingin membeli saham senilai Rp 2,4 triliun.
Menurut Syahril, Pemerintah Sumbawa Barat seharusnya tidak melibatkan pihak ketiga untuk membeli 7% saham NNT. Misalnya, dengan melakukan pinjaman sindikasi perbankan, atau bisa juga dengan mencari sumber dana ke lembaga resmi seperti Pusat Investasi Pemerintah (PIP). "Bagi Sumbawa Barat akan lebih menguntungkan, begitu pula rakyat akan merasakan manfaatnya," kata dia.
Sejatinya Grup Bakrie, lewat anak usahanya PT Multicapital yang berkongsi dengan BUMD Sumbawa Barat, dan membentuk PT Multi Daerah Bersaing (MDB), sudah menggenggam 24% saham NNT.
Belum ada pernyataan resmi dari Grup Bakrie soal tudingan tersebut. Yuanita Rohali, Direktur Keuangan PT Bumi Resources Mineral Tbk, tidak bisa dihubungi.
sumber: nasional.kontan.co.id
Tapi, Ketua Komisi II DPRD Sumbawa Barat M. Syahril Amin curiga dengan Titan Metals. Soalnya, perusahaan yang telah menyingkirkan tiga saingannya dalam beauty contest pada 20 Januari 2011 lalu itu, ternyata, baru berdiri 19 November 2010. "Artinya, baru berumur tak lebih dari lima bulan," katanya kepada KONTAN, kemarin (23/3).
Syahril bahkan menduga ada Grup Bakrie di belakang Tintan Metals. Lantaran, satu dari empat pendiri perusahaan ini adalah Eddy Khrisna Patria Sambuaga, anak Theo L. Sambuaga, petinggi Partai Golkar yang dikomandani Aburizal Bakrie.
Tiga pendiri Titan Metals lainnya adalah Sucipto Kodadir dari Pangkal Pinang, Leo Stefanus Tedianto asal Cirebon, dan Willem Nico Roeroe berasal dari Balikpapan.
Melihat umur Titan Metals yang masih muda, Syahril pun menduga perusahaan ini hanya dijadikan alat oleh sekelompok orang untuk menguasai saham NNT. Jadi, "Tidak lebih sebagai broker saham saja. Lalu, saham itu dijaminkan lagi untuk mendapatkan sejumlah dana," ujarnya.
Politisi Partai Persatuan Daerah ini juga menyangsikan kemampuan perusahaan yang berkantor di Jakarta itu untuk memodali pembelian saham NTT. Dalam akta pendiriannya, Titan Metals hanya bermodalkan Rp 2 miliar, tapi ingin membeli saham senilai Rp 2,4 triliun.
Menurut Syahril, Pemerintah Sumbawa Barat seharusnya tidak melibatkan pihak ketiga untuk membeli 7% saham NNT. Misalnya, dengan melakukan pinjaman sindikasi perbankan, atau bisa juga dengan mencari sumber dana ke lembaga resmi seperti Pusat Investasi Pemerintah (PIP). "Bagi Sumbawa Barat akan lebih menguntungkan, begitu pula rakyat akan merasakan manfaatnya," kata dia.
Sejatinya Grup Bakrie, lewat anak usahanya PT Multicapital yang berkongsi dengan BUMD Sumbawa Barat, dan membentuk PT Multi Daerah Bersaing (MDB), sudah menggenggam 24% saham NNT.
Belum ada pernyataan resmi dari Grup Bakrie soal tudingan tersebut. Yuanita Rohali, Direktur Keuangan PT Bumi Resources Mineral Tbk, tidak bisa dihubungi.
sumber: nasional.kontan.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar