Senin, 21 Maret 2011

Lede (Gadu), Makanan Tradisional Mbojo Yang Langka Ditemui


Gadu atau dalam bahasa Bima disebut Lede merupakan makanan tradisional bagi masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan. Dulu, umbi-umbian yang tumbuh di pegunungan itu selalu dikonsumsi warga. Bahkan, di wilayah tertentu, Gadu sempat menjadi makanan pokok pengganti beras.
Seiring tingkat kesejahteraan masyarakat, Gadu pun mulai tersisih. Saat ini, dipastikan sudah tidak ada lagi warga yang mengonsumsi Gadu sebagai makanan pokok. Bahkan, dalam beberapa tahun kedepan, makanan tersebut kemungkinan sudah tidak bisa lagi dinikmati. Bukan lantaran tumbuhan itu sudah tidak ada. Namun, disebabkan sudah jarang warga yang mau mengambilnya.
“Baru tahun ini lagi ada warga yang mengambil Gadu. Tahun lalu, tidak satu pun warga yang mengambilnya di hutan,” kata Salmah, warga Desa Keli, Kecamatan Woha ditemui, Selasa.
Selama ini, kata Salmah, masyarakat Keli dikenal sebagai penghasil Gadu. Bahkan, Gadu yang dijual di pasar Tente umumnya diproduksi oleh masyarakat Keli. Warga mengambil Gadu hanya pada saat senggang yakni, setelah aktivitas di lahan pertanian sudah tidak ada. “Biasanya, warga mengambil Gadu untuk menunggu datangnya musim tanam berikutnya,” katanya.
Lanjut Salmah, dulu Gadu dikonsumsi warga seperti nasi. Dimakan bersama lauk. Namun, sekarang Gadu hanya sebagai makanan tambahan saat santai. Sebagian warga menyantapnya dengan bumbu kelapa dicapur gula pasir.
“Tapi ingat, bagi yang tidak biasa mengonsumsi makanan jenis ini harus berhati-hati, karena bisa keracunan,” katanya.
Lalu, bagaimana proses pembuatannya? Dijelaskan Salmah, pertama-tama Gadu dikupas kulitnya. Kemudian, diiris kecil-kecil. Setelah itu, diberi garam secukupnya dan disimpan selama satu malam. Hal itu, untuk menetralisir racun yang terkandung dalam Gadu. Proses selanjutnya yakni, dengan merendamnya selama sekira delapan jam di sungai. Itu dilakukan untuk memastikan bahwa racunnya sudah dibersihkan.
“Setelah itu, Gadu pun siap dikukus. Akan lebih enak jika disantap dengan parutan kelapa ditambah gula pasir,” katanya.
Selain itu, katanya, Gadu juga bisa dikonsumsi dengan cara digoreng seperti krupuk. Tentuya, setelah dijemur hingga kering. “Rasanya sangat gurih,” imbuhnya.

(sumber: http://kampungmediasareindai.wordpress.com/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar